“Kak,boleh tidak registrasi barangnya lebih dari pukul 10.00? Sanggaku Perintis D baru sekarang kak mengambil barang-barangnya”
“Kami tidak akan menerima registrasi barang lebih dari pukul 10.00. Sekarang waktu yang tersisa hanya 15 menit” ucap Kak Vina selaku Pradana Ambalan Ratnaningsih.
Sedih, kesal, bingung dan cemas bercampur dalam perasaan Daniar. Dia beserta temannya, Winda, menunggu anggota Perintis D yang lain datang ke sekolah membawa barang-barang. Daniar merupakan siswa kelas XB, begitu juga dengan sangganya Perintis D, yaitu Adesta, Adisty, Af’idatul (sering dipanggil Ocha), Chelsy, Dhiani, Dyah, Nindi, dan Winda.
Keajaiban pun datang. Kakak-kakak panitia yang menamakan dirinya Sangga Kerja mengizinkan Daniar dan teman-temannya registrasi barang hingga pukul 11.00. Campuran perasaan yang dirasakan Daniar tadi seketika hilang berubah menjadi senyuman lega. Satu persatu anggota Perintis D pun datang membawa barang-barang yang telah disiapkan dari rumah dan langsung registrasi.
Kejadian yang membuat bingung ini sebenarnya tidak akan terjadi jika Daniar dan teman-temannya registrasi barang di hari kemarin. Panitia sudah memberikan waktu 2 hari kepada para siswa kelas X. Perintis D tidak menggunakan hari kemarin karena mengira hari ini tidak ada pembelajaran seperti biasa dan rencananya pukul 08.00 tadi mereka akan registrasi. Kejadian hari ini membuat Daniar sadar bahwa jika ada kesempatan gunakanlah sebaik mungkin dan jangan menunggu kesempatan kedua.
Keesokan harinya, tanggal 23 Maret 2013 seluruh siswa kelas X MAN 1 Yogyakarta memulai perjalanan kegiatan Mahabakti yang bertempat di Waduk Sermo, Kulonprogo.
“Mbak, aku ke warung dulu ya beli nasi goreng. Nanti jangan lupa antar aku ke sekolah” ucap Daniar. Beberapa menit kemudian.
“Yuk berangkat dek”
“Eh,bentar lupa beli pisang mbak. Tunggu ya”
“Loh, kenapa tadi gak sekalian sambil beli nasi goreng. Ya sudah cepat” Daniar pun pergi ke warung yang sama. Setelah mendapatkannya, Daniar segera kembali ke rumah dan menuju ke sekolah. Namun ketika akan menaiki motor, dia teringat sesuatu yang belum dia beli. Ayam goreng. Dia langsung lari kembali ke warung yang sama, namun ayam gorengnya belum ada.
“Terus gimana dek? Nanti mbak aja yang belinya. Sekarang berangkat sekolah dulu, nanti ayamnya mbak antar ke sekolah. Gak akan langsung berangkat kan?”
Daniar mengangguk lesu. Dia tahu mbak nya itu sangat kesal padanya karena menunda-nunda waktu.Tetapi dia tetap bangga mempunyai kakak yang sangat perhatian. Tak lama Daniar sampai di sekolah, kakaknya sudah datang membawakan ayam goreng.
Pagi-pagi sekali hampir semua siswa sudah berada di sekolah. Mereka tidak ingin mendapatkan konsekuensi dari panitia yaitu jika datang lebih dari jam 06.30 maka akan ditinggal dan harus pergi sendiri berjalan kaki. Bagi sebagian siswa termasuk Daniar hal tersebut sangat tidak masuk akal. Tapi itulah salah satu cara Pramuka maupun organisasi lainnya agar siswa lebih disiplin dalam waktu.
“Ayo, bagi sangga yang belum registrasi barang bawaan untuk sekarang segera registrasi dan yang sudah harap berkumpul di lapangan untuk upacara” teriak salah sorang sangga kerja.
Upacara berjalan dengan lancar hingga selesai. Menunggu mobil yang akan mengantar siswa begitu lamanya seperti menunggu bayi yang akan lahir. Dengan di sinari hangatnya matahari akhirnya yang ditunggu datang juga. Pikir Daniar mobil yang akan mengantarnya adalah sebuah bis yang ada atau tanpa menggunakan AC, namun ternyata mobilnya adalah mobil polisi. Bis disediakan hanya untuk siswa yang mempunyai penyakit pada saluran pernafasan.
Kira-kira pukul 10.00 Daniar sudah sampai di Kulonprogo. Namun belum sampai ditempat yang dituju. Dia maupun yang lainnya harus berjalan dahulu untuk menuju tempat perkemahan. Lapangan sepakbola yang berada jauh dari kota,banyak capung berterbangan serta serangga-serangga kecil merupakan tempat mereka turun dari mobil sekaligus menunggu bis yang ditumpangi siswa lainnya. Sambil menunggu,mereka yang sudah sampai melakukan aktifitasnya masing-masing.Ada yang mengambil kesempatan untuk berfoto, makan dan minum, hanya duduk dan berbincang serta ada juga yang bermain-main.
“Dan,main yang kayak Dhiani yuk”ajak Dyah kepada Daniar.
“Main apa?”
“Itu loh lihat.”
“Oh yang kayak upin dan ipin?Oke.Aku cari ilalangnya dulu ya.Nah yang ini kan?Ayo”
Mereka terus bermain. Namun keberuntungan tidak memihak Daniar. Dia selalu saja kalah dan akhirnya memutuskan untuk tidak bermain lagi. Bis yang sedari tadi ditunggu ternyata menempuh jalan yang salah. Panitia Mahabakti pun memutuskan untuk memulai peserta berjalanan ke tempat perkemahan dan meninggalkan peserta yang ada di bus. Perintis D yang berjalan hanya 5 orang,Adesta dan Ocha masih berada di bis,sedangkan Adisty dan Nindi adalah Biro, jadi sudah duluan berjalan karena bertugas menjaga pos.
Agar perjalanan menuju tempat perkemahan tertib, sangga kerja memberikan pertanyaan rebutan untuk para peserta. Sangga yang berhasil menjawab dapat diperbolehkan berjalan duluan.Daniar dan perintisnya dapat menjawab di pertanyaan kira-kira yang ke lima.Sebelum berangkat, mereka diberi pengarahan oleh Kak Vina tentang hal-hal yang harus dilakukan dan warna arah panah apa saja yang harus diikuti.
Perjalanan Daniar sudah disambut dengan tanjakan-tanjakan bebatuan yang panjang dan curam.Sugesti ingin cepat sampai di tempat tujuan membuat Daniar semangat 45 menelusuri jalan yang harus di tempuh. Di setiap perjalanan Daniar dan Perintis D saling bergantian membawa tas dan kantong kresek barang yang lumayan berat.
Daniar harus melewati 3 pos dalam perjalanan menuju tempat perkemahan. Pos pertama disuruh menyanyikan lagu Mars Ambalan dan Hymne Pramuka. Disitulah Adisty bertugas menjaga pos bersama anak pramuka lainnya. Pos kedua menyebutkan Trisatya dan Dasa Dharma. Disana para peserta dapat beristirahat selama 5 menit sekaligus melihat langsung Waduk Sermo yang sangat indah.
Dari pos kedua semangat Daniar sudah mulai menurun.Matahari yang membakar kulit dan jalan yang terus menerus menanjak itulah penyebabnya, apalagi waktu memang sudah menunjukan tepat siang hari. Kaki dan tangan rasanya pegal tak kuat untuk melanjutkan. Namun karena sugestilah yang membangkitkan kembali semangat Daniar yang tadi mulai melemah. Pos ketiga pos terakhir dari perjalanan ini. Disana para peserta disuruh menyanyikan yel-yel dari sangganya masing-masing. Yel-yel bertujuan sebagai penyemangat, tetapi saat itu tidak bagi Daniar dan Perintis D. Tenaga sudah habis terkuras sehingga menyanyikan yel-yelnya tidak begitu semangat.
Sekitar pukul 14.00 Daniar sudah sampai di tempat perkemahan. Tenda laki-laki berada di bawah dekat pendopo tempat untuk sholat, sedangkan perempuan berada di atas dengan bentuk seperti kerucut.Hal pertama yang Daniar lakukan adalah membawa tasnya menuju tempat pasang tenda yang telah ditentukan lalu segera pergi untuk sholat.Panasnya hari itu sangat menyengat hingga Daniar tidak kuat berlama-lama di tempat tenda.
Selesai sholat, Daniar bersama Perintis D memutuskan untuk makan siang terlebih dahulu sebelum mendirikan tenda. Rasa haus, pusing dan lelah mengalahkan rasa lapar Daniar. Apalagi nasi goreng dan ayamnya sudah terlihat tidak enak.Dia hanya memakan beberapa suapan saja. Buah pir dan pisang yang dibawanya pun tidak ia makan.
Hari pertama pada siang hari adalah memasang tenda. Adisty, Nindi, Ocha dan Adesta pun sudah sampai di perkemahan dan membantu Perintis D yang lain memasang tenda.Tenda selesai saatnya kegiatan mandiri. Mandi,masak dan istirahatlah yang dilakukan Daniar.
Tak terasa adzan maghrib sudah berkumandang. Daniar segera mengambil air wudhu dan solat berjamaah di lapangan, tepatnya di bawah tenda perempuan.Selesai solat, saatnya makan malam
Kegiatan malam hari di hari pertama adalah PTA (Penerimaan Tamu Ambalan). Mental dan fisik di uji pada saat itu. Akhir kegiatan yang waktunya sampai pukul 11.00 itu para peserta diberi sebuah acara renungan dan upacara PTA. Ketika upacara itulah tanda para peserta sudah menjadi warga Ambalan MAN 1 Yogyakarta. Mereka juga diberi sebuah bet Ambalan yang sudah harus dijahit pada esok pagi.
Selesai upacara Daniar tidak langsung tidur. Meskipun matanya sudah ingin ditutup namun dia harus menjahit baju pramukanya. Begitu pula para peserta lainnya.Setelah selesai,Daniar langsung berbaring tidur dengan pulas.
“Dek,ayo dek bangun.Waktunya sholat Subuh.Segera keluar ambil air wudhu,terus ke lapangan sholat berjamaah.Ayo,dek cepat bangun” teriak kakak-kakak panitia.
Teriakan dan lampu senter yang menyorot membangunkan Daniar dari tidurnya.Ternyata hari sudah mulai pagi kembali. Dengan rasa kantuk yang masih terasa, Daniar, Dyah dan Dhiani pergi sholat, sedangkan Perintis D yang lainnya masih tidur di tenda karena sedang berhalangan.
Matahari sedikit demi sedikit mulai menampakkan dirinya. Mandi dan masak adalah hal yang dilakukan Perintis D maupun sangga lainnya secara bergantian antar anggota. Kegiatan pertama oleh panitia bagi seluruh sangga yaitu Senam Lebay.Setiap sangga diwajibkan mengirim 5 orang persangga. Perintis D yang ikut yaitu Adisty, Ocha, Chelsy, Nindi dan Winda. Daniar dan Adesta mengambil kesempatan untuk mandi terlebih dahulu, sedangkan Dyah dan Dhiani memasak.
Selesai senam lebay, dilanjutkan dengan apel pagi. Karena Daniar dan Adesta sudah mandi ,maka yang apel adalah mereka berdua.Apel tersebut memberikan informasi tentang kegiatan-kegiatan pada hari kedua ini serta ketentuannya. Berbagai lomba untuk hari kedua ini lumayan banyak, yaitu Aster, Kepram, Make crazy, Pionering, Masak, dan PBT (Pasang Bongkar Tenda).
Menuju ke tempat perlombaan sambil terus menghafal semaphore yang dilakukan Daniar. Dia terus menerus menghafal karena ingin mendapat juara dan membanggakan sangganya. Selain Daniar yang berjuang mengikuti lomba Kepram, Dyah dan Adesta juga mengikutinya. Dyah mengikuti lomba kompas dan Adesta lomba morse.
“Semaphore kali ini kakak akan memberi pernyataan bukan pertanyaan. Kakak akan mengulanginya sebanyak 2 kali. Meskipun duduknya saling berdekatan jangan sampai melihat ataupun bertanya. Disini yang dinilai kecepatan waktu dan benar salahnya kalimat yang kalian tulis. Dimulai,ya” ucap Kak Pasha selaku Pradana Ambalan Alibasyah.
Awalnya Daniar masih bingung ketika bendera semaphore sudah di gerak-gerakan dan mulai membentuk sebuah kalimat.Dia hanya baru mendapatkan kata “Kemah Mandiri”.
“Ayo,silahkan ditulis.Waktunya hanya 2 menit”
“Kak, belum dapat sama sekali. Ulangi kak. Kalimatnya terlalu panjang” teriak siswa kebingungan.
“Ya sudah sekarang tulis saja yang kalian tahu. Nanti saya ulangi. Padahal katanya mudah loh”
“Menurut kakak mudah. Menurut kita kan tidak” protes salah seorang siswa.
Kak Pasha pun kembali mengulangi semaphore sampai 3 kali. Karena dari belajarlah akhirnya Daniar dapat menjawab. Kalimat yang dia temukan yaitu Kemah Mandiri Cintai Dunia Kepramukaan. Ya, itu memang jawabannya dan merupakan tema Mahabhakti tersebut. Waktu sudah selesai dan saatnya penilaian. Sambil menunggu, salah satu kakak purna memberi suatu hal tentang Survival. Karena tempat lomba kepram di sebuah hutan dibawah pendopo, maka kakak purna memberi informasi tentang tanaman yang dapat dimakan langsung tanpa adanya rasa gatal. Para peserta yang ikut lomba semaphore pun di beri kesempatan untuk mencobanya.
Beberapa menit kemudian Daniar dikumpulkan kembali untuk pengumuman sangga yang masuk final dan dia bergabung dengan Dyah dan Adesta. Tak sia-sia mereka berjuang saat itu. Perintis D masuk ke babak final. Lomba yang diujikan yaitu peta dan kompas dengan waktu 10 menit. Sebisa mungkin mereka kerjakan meskipun tidak tahu benar atau salahnya.
Selesai Kepram Daniar harus mengikuti lomba Aster yang bertempatan di pendopo. Waktunya hanya tersisa 9 menit lagi, tetapi daripada tidak sama sekali Daniar, Adesta dan Dhiani mencoba mengisi pertanyaan-pertanyaan meskipun pada akhirnya tidak menang.
Waktu tak terasa sudah menunjukkan pukul 11.00. Daniar melanjutkan kegiatannya dengan ikut acara Sharing Purna bersama Ocha. Disisi lain Nindi, Dyah, dan Adisty mengikuti lomba PBT ( Pasang Bongkar Tenda ). Satu jam berlalu, Adzan Dhuhur tiba pertanda acara tersebut berakhir.
Ketika Daniar dan Ocha kembali ke tenda, tiba-tiba tetes-tetes hujan mulai membasahi. Lomba PBT pun diakhiri dan di ganti dengan lomba poster. Perintis D segera memasukkan barang-barang yang berada diluar ke dalam tenda. Karena hujan semakin deras, sangga kerja meminta para peserta Mahabhakti untuk masuk ke dalam tendanya masing-masing. Namun, sebagian anggota Perintis D masih tetap berada di luar untuk menutup atap tenda dengan terpal dan mantel.
Usaha mereka sia-sia. Air hujan masih bisa masuk dan membanjiri tenda. Hingga akhirnya Daniar dan Perintis D yang berada di dalam tenda keluar dan memakai mantelnya masing-masing.
“Ini kenapa tendanya, hah?” tanya kakak-kakak purna menghampiri tenda Daniar.
“Tendanya kebanjiran kak” ucap salah seorang Perintis D
“Pantas saja kebanjiran, kalian salah mendirikan tendanya. Lihat talinya saja kendor seperti ini”
Ucapan kakak purna tersebut membuat Daniar sedih dan kecewa. Dulu ketika latihan membuat tenda, hanya Daniar, Dhiani, dan Dyah yang datang. Lainnya ketika itu sedang presentasi hasil PPL Outdoor, sehingga sama sekali tidak tahu bagaimana caranya dan bagaimana simpulnya.
Hujan mengguyur Bumi Perkemahan Waduk Sermo cukup lama. Sangga kerja serta kakak-kakak purna membantu Daniar membenarkan tendanya. Banyak kata yang terucap dari kakak-kakak purna mengenai kesalahan-kesalahan mendirikan tenda. Itu membuat Daniar semakin sedih dan merasa bersalah.
Akhirnya hujan reda dan tenda pun mulai benar kembali. Tas, barang-barang pribadi hingga bahan masak dan alatnya basah diguyur air hujan. Melihat itu, putus asa membelenggu perasaan Daniar. Dia merasakan kembali kegagalan kemah saat merasuk dalam tubuh Perintis D. Namun, emosi itu dapat disingkirkan karena kebahagiaan dan senyuman yang selalu ada dalam Perintis D.
Waktunya membersihkan tenda. Daniar bersama Dhiani mengeluarkan barang-barang yang ada di tenda lalu mengeluarkan tikar yang sudah sangat basah dan menjemur tikar tersebut. Perjuangan untuk mengeringkan terpal pun dilakukan Dhiani dan Nindi dengan mengepelkan baju yang ada pada badannya dan kerudung yang dipakai Nindi.
Jam menunjukkan pukul 16.00. Sangga kerja melanjutkan lomba-lomba sesuai jadwal yang telah dibuat. Untuk laki-laki lomba yang harus diikuti yaitu futsal sedangkan perempuan mengikuti lomba trijuang.
Matahari mulai tenggelam dan diganti dengan bulan yang cukup terang untuk menerangi malam. Acara malam kedua ini yaitu menonton film. Film “Life of Pie” yang dilihat para peserta malah membuat sebagian dari mereka tertidur. Sayangnya Daniar duduk di paling depan dan tidak dapat membaringkan tubuhnya. Dia hanya dapat duduk dan menahan rasa kantuknya hingga film selesai.
Tidak seperti pagi kemarin, kini Daniar harus bangun lebih awal. Dia harus sholat tahajud serta Mujahaddah. Kantuk yang tidak tertahankan malah membuatnya tidur dan tidak melakukan sholat selanjutnya.
Acara pagi pada hari ketiga yaitu Tadabur Alam dan Baksos. Tidak mandi merupakan hal yang dilakukan Daniar pagi itu. Menjelajah dan mengenal lingkungan lebih jauh merupakan aktifitas yang akan dilakukan para peserta. Seperti biasa sebelum berangkat, sangga kerja memberikan sebuah pertanyaan terlebih dahulu.
Jalan yang mereka lewati ialah sebuah hutan. Kotornya baju dan sepatu tak dihiraukan Daniar. Pos demi pos telah mereka lewati. Di pos ketigalah yang sangat mengensankan bagi Daniar. Melewati sebuah sungai dengan air dan pasir yang masuk ke dalam sepatu. Entah lah besok apa sudah kering atau tidak.
Semua pos telah Daniar lewati, kini tinggal pulang kembali ke perkemahan. Dari tadabur alam ini sekarang dia tahu tentang jalan yang di lewati dulu ketika awal perjalanan menuju perkemahan.
“Dis,ini kan jalan yang pos 1 dulu” tanya Daniar sambil menunjukkan tempat nya.
“Iya, emang. Mangkel aku. Kalau misalkan dulu tahu kalau bupernya itu ada diatas pos 1, aku pasti sudah sampai dan tidak harus berputar-putar”
Di jalan tiba-tiba Daniar ingat akan tumbuhan yang pernah ditunjukkan kakak-kakak purna yang dapat dimakan. Dia pun mencoba mencarinya dan akhirnya ketemu. Tadabur alam ini sangat berkesan untuk Daniar.
Sampai di perkemahan, Daniar langsung membuka sepatu, mengeringkannya, lalu mandi. Waktu untuk istirahat lumayan panjang. Daniar gunakan waktu tersebut untuk makan siang serta duduk beristirahat di bawah pohon dekat jurang. Di waktu itu pun Ocha dan Chelsy mengikuti lomba Syaril Quran. Setelah adzan ashar tiba, acara dilanjutkan yaitu lomba tarik tambang. Adisty, Nindi, Winda, dan Ocha memang harus dibilang kuat dan hebat. Buktinya mereka menjadi pemenangnya.
Inilah malam yang ditunggu-tunggu semua peserta. Malam api unggun sekaligus final lomba FKR (Festival Kesenian Rakyat). Besarnya nyala api unggun membuat suasana malam hari tersebut menjadi terasa lebih hangat. Apalagi dengan adanya penampilan-penampilan sangga yang masuk final membuat malam menjadi lebih seru. Sangga kerja pun tidak masa SMP. Emosi pun hampir
mau kalah dengan para peserta. Mereka menampilkan tariannya masing-masing dengan lagu Harlem Shake dilanjut dengan tarian JKT48.
Malam semakin larut. Para peserta diminta kembali ke tenda masing-masing untuk tidur. Padahal Daniar masih ingin acara api unggun tersebut tetap berlanjut.
Tanggal 26 Maret 2013 merupakan hari terakhir Mahabhakti. Tetapi hari itu juga hari terakhir gas yang akan dipakai untuk masak nasi goreng dan air habis. Pagi itu pun Daniar dan Perintis D tidak sarapan.
Sangga kerja memberikan waktu 30 menit untuk membereskan barang-barang pribadi maupun kelompok. Setelah itu dilanjutkan dengan membongkar tenda secara bersamaan dan membersihkan sampah-sampah yang ada.
“Jangan lupa bersihkan sampah-sampahnya. Jika masih ada, bapak akan hukum kalian Scoutjump setiap satu sampah.” ucap Pak Pras mengancam para peserta.
“Jika sudah selesai, kembalikan tenda, patok dan tongkat ke sangga kerja. Tinggalkan barang-barang bawaan di tempat dan kalian turun cari tempat yang teduh.Bapak akan memeriksa apakah masih ada sampah atau tidak” lanjut Pak Pras
Satu per satu sangga perempuan dipanggil. Hingga Perintis D pun ikut dipanggil. Daniar dan Perintis D naik kembali ke tempat Pak Pras.
“Ini ada satu sampah, sekarang kalian scoutjump satu kali”
Keseruan di Perintis D itu memang takkan habis. Itulah yang dirasakan Daniar. Apalagi saat Chelsy berteriak ketakutan karena seekor hewan berada di roknya. Hanya Chelsy yang berteriak saat itu, sedangkan Daniar dan yang lain tertawa. Peserta lain yang tidak tahu apa-apa hanya terdiam sambil melihat Chelsy yang teriak-teriak sendiri seperti orang kesurupan. Tawa Daniar pun terhenti ketika sangga kerja marah karena kebisingan Daniar dan yang lain.
Selesai memeriksa, upacara penutupan dimulai dan dilanjutkan pengumuman lomba-lomba. Satu per satu kejuaran lomba diumumkan. Tarik tambang, Kepram, Syaril Quran dan Pionering diraih oleh sangga Daniar yaitu Perintis D. Sesuatu yang tidak terbayangkan sebelumnya. Apalagi mereka juga menjadi juara Sangga Terbaik. Tidak terfikirkan sebelumnya akan mendapat juara sebanyak itu. Awalnya Daniar merasa tidak akan meraih juara apapun karena ketidakpuasan saat lomba FKR. Musik yang diputarkan ketika lomba terdengar tidak jelas. Sehingga gerakannya tidak kompak seperti saat latihan.
Upacara selesai dilanjut menyimpan tas dan barang-barang ke dalam truk lalu pulang dengan mobil polisi seperti saat berangkat dulu. Tidak sampai 2 jam, sampailah di sekolah.
Mahabhakti yang penuh mengesankan. Kalimat itulah yang akan dirindukan Daniar. Ingin rasanya mengulangi kembali saat-saat mengesankan yang tak pernah terlupakan itu. Panas matahari yang menyengat, dinginnya malam, tenda yang kebanjiran, suara-suara bentakan, antrian kamar mandi, habisnya gas dan air, hingga memberanikan diri untuk minum air mentah.
Dengan adanya Mahabhakti Daniar dapat lebih mengerti tentang arti kekompakan yang sebenarnya dan mengenal kembali tentang dunia alam luar yang jauh dari kebisingan. Tanggal 23-26 Maret 2013, Mahabhakti yang penuh mengesankan.